Berbeda dalam Mengolah Rasa

Tungku Aromatherapy hadiah dari Ka Anggun

Dari banyak orang yg kutemui, aku banyak belajar..
Belajar mengolah rasa,
Belajar menumbuhkan rasa empati,
Belajar untuk coba memahami.

Siapa yg pernah tau kita akan bertemu siapa, dimana dan kapan dengan orang lain? Siapa yg pernah tau kita akan bertemu orang seperti apa di suatu waktu? Siapa yg akan memberitahukanmu tentang apa masalahnya dan apa beban yg dipikulnya? Jelas tidak akan pernah ada.

Aku, kamu, kita tak pernah ada yg sama. Sepasang anak kembar yg sejatinya punya banyak kesamaanpun akan seringkali berdebat karena banyak perbedaan dalam dirinya, apalagi kita? Akankah kita sama?

Kita? Iya, aku yg menuliskan ini dan kamu yg membacanya.

Wajar kalau ada perdebatan, wajar pandanganmu dengan pandanganku tidak sama, wajar jika pada akhirnya jalan yg dituju ternyata berbeda. Wajar bukan?

Semakin hari, semakin banyak orang yg kutemui, bukan karena ingin, tapi kewajibanku, atas apa-apa yang sudah ku ambil, seharusnya menjadi tanggung jawabku untuk berbakti disana. Semakin banyak orang yg kutemui, semakin beragam pula cerita yang kudapatkan. Semakin banyak cerita yg kudapat, semakin beragam pula rasa yang perlu ku olah.

Rasa?

Perasaan?

Ini bukan soal cinta. Ini soal manusia yang sejatinya Allah titipkan hati untuk merasakan segala rasa yang hadir.

Terkadang aku bisa sedih dan terpuruk mendengarkan cerita sedih yg orang lain alami, bingung harus bagaimana karena tidak selalu aku pernah ada dalam posisi yg sama.
Terkadang aku juga bisa bahagia sekali mendengarkan kabar bahagia ataupun cerita mengasyikan dari beberapa orang atas pencapaian apa yang telah dia lewati, bagaimana hidupnya berjalan, bahkan siapa yg membuatnya tersenyum. Walaupun lagi-lagi aku tak dalam posisi itu, aku turut bahagia.
Terkadang pula, aku merasa kecewa atau menyesal, kadang kecewa ini aku lontarkan untuk beberapa orang, tapi terkadang pula kecewa ini terarah pada diriku sendiri yang merasa gagal memenuhi ekspektasi yg aku bangun.

"Kenapa kamu gabisa sekuat orang ini, Deb?"
"sudah sejauh ini kamu hidup, ternyata kamu belum ada apa-apanya dengan orang lain?"
"Ngapain aja kamu selama 23 tahun ini?"
"Kenapa sih dia malah ngelakuin ini, seharusnya kan..."
"Orang lain ternyata harus struggling sampai sejauh ini, kamu baru segini ko udah nyerah?"

Semua umpatan rasa kecewa-menyesal terhadap orang lain dan diri sendiri terus terbangun, padahal? Belum tentu orang itu memikirkannya. Padahal? Aku punya hak untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi atas diriku sendiri maupun orang lain.

Seiring berjalannya waktu, seiring semakin banyaknya hal baru yg aku tau, aku tau rasa ini milikku. Aku punya andil untuk mengelolanya, aku punya andil untuk memahaminya.

Sedih melihat banyak orang yg ternyata harus berjuang lebih kuat dariku, sedangkan aku banyak mengeluh atas apa-apa yg bahkan tak pernah mereka miliki, di posisi-posisi seperti ini rasanya aku malu terhadap diriku sendiri.

Tapi terkadang, akupun senang. Senang sekaligus bangga, karena aku ada di posisi ini, aku bisa mendengarkan mereka tanpa memberikan penghakiman apapun atas apa yg mereka lalui. Kalau beberapa kali kalian menemuiku, kalian akan sadar betapa aku mencoba hanya ingin mendengarkan, bukan memberikan penghakiman, memberikan solusi atau malah menceritakan kisahku pada waktu yg tidak tepat. Tapi seringkali ini tidak berjalan mulus, ya namanya manusia, apalagi aku dengan self-control yg bisa dibilang rendah ini, pasti ada saja salah responnya. Maafkan aku ya, yg bahkan memang terlahir menjadi manusia yang sejatinya tidak sempurna.

Terimakasih, teruntuk semua orang yang pernah kutemui. Dari bertemu orang lain aku benar-benar mencoba untuk lebih memaknai rasa apa yg kumiliki.
Aku banyak belajar, terutama untuk bagaimana mengolah rasa yg datang silih berganti.
Lebih dari itu, aku juga belajar untuk memahami lebih luas berbagai hal yg aku terima, aku ketahui, dan aku lewati.

Hidup bukan tentang siapa yg hebat dan siapa yg tidak hebat
Hidup bukan perihal siapa yang menang dan siapa yg kalah
Hidup bukan perihal apa yg benar dan apa yang salah
Hidup bukan perihal siapa yang sama denganmu dan siapa yang berbeda
Hidup juga bukan untuk hanya mencari kebahagiaan
Hidup juga bukan hanya perihal dirimu saja

Hidup ini tentang menerima warna abu diantara dua warna hitam dan putih
Hidup ini tentang sesekali memaknai rasa sedih yang menyelimuti
Hidup ini tentang menerima apa yg aku, kamu dan orang lain lalui
Hidup ini juga tentang bagaimana pada akhirnya kamu dapat mengolah rasamu sendiri
Karena hidupmu, ya kamu yg lalui

sekali lagi, berbeda bukan lagi menjadi hal yang tak berarti
tapi berbeda jadi tempat kita untuk saling mewarnai
diam, berjalan atau pergi semoga bisa termaknai
dengan kita mengolah rasa ini

Deb, 27 Maret 2020

_________________________________________________________________________

Anyway! Halo people! udah lama banget aku gak main-main kesini, sekedar nulis-nulis sedikit aja engga. Jahat banget ya aku, maafkan yaa.. siapapun yang mungkin menunggu. Olahan kata diatas tiba-tiba tertuang gitu aja pagi tadi setelah selesai mengerjakan tugas kantor dan selonjoran di kamar. Entahlah anginnya dateng dari mana, tapi rasanya puas banget bisa nulis lagi setelah sekian lama cuman berkutat dengan tulisan-tulisan sederhana kurang bermakna. Tulisan ini bisa jadi merupakan refleksiku karena belakangan semakin sering bertemu banyak orang dengarn berbagai macam karakter, nasib, kepribadian, dan jalan yang berbeda, jadi bentuk syukurku juga buat memaknai setiap pertemuan yang membuat aku belajar. untuk siapapun yang mungkin jadi inspirasiku untuk menulis, untuk berefleksi dan juga bersyukur, terimakasih banyak. Semoga untaian doa selalu terpanjatkan untuk kebahagiaan kalian masing-masing disana. Anyway, tulisan ini ga semerta-merta ku post, telah di cek oleh salah satu teman yg tulisannya sangat bagus dan selalu memberikan kritik dan saran yang membangun, terimakasih banyak, Doni! Sekarang udah ku koreksi dan ku post deh! yay! enjoy~

Comments

Popular Posts