Setelah 25

Titik balik.

Rasanya setiap orang pasti akan mengalami momen dimana dia berkontemplasi dengan apapun yang pernah terjadi pada hidupnya di belakang. Momen yang membuat dia menyadari banyak hal, mensyukuri apa apa yang pernah dilewati sebagai pelajaran untuk masa depan dan menjadi titik balik untuk membenahi diri.

Hari ini, tiba-tiba saja aku berfikir, kapan ya aku terakhir sedih yang benar-benar sedih? menangis, merasa sendiri, tidak layak untuk berdiri?. Memang, aku masih sering menangis, aku juga masih sering sesekali sedih. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini rasanya ada satu hal yang baru aku sadari. Ternyata, sedihku tak sebanyak rasa syukurku. Mungkin memang ada banyak hal kecil yang membuatku sedih, tapi setelahnya aku kembali menjalani hari dan mensyukuri diri. Dari sekian banyak fase yang pernah aku lewati, mungkin kondisiku tak sebaik dulu, tapi aku menerima dan mensyukurinya sepenuh hati.

Aah, apa ini rasanya menjadi seorang dewasa di usia 25 tahunnya? mulai lupa rasanya overthiking semalam penuh hanya karena pesan semalam yg tak kunjung dibalas. Apa ini rasanya menjadi dewasa yang lupa akan rasanya menangisi hal-hal sepele yang nyatanya menyita waktu sampai lupa harus berkarya atau setidaknya menyediakan diri untuk banyak orang dan memberi kebermanfaatan pada sesama? Tertawa mengingat aku yang seringkali dilema ini :D.  Apa ini rasanya menjadi dewasa yang lupa akan rasa bahagia berlebihan yang hadir hanya karena orang disekitar bersikap sangat baik sampai sampai berfikir ada yang diam diam menyimpan rasa?.

Ternyata ini rasanya menjadi dewasa: Menjadi dewasa, menjadi yang serba "cukup". Cukup senang bisa berkumpul barang sekali dua kali dengan kerabat dekat. Cukup mensyukuri ketika ada banyak perhatian yang diberikan oleh orang sekitar, bukan memasukannya pada perasaan. Cukup menjalankan hari sesuai kemampuan, memaksimalkan potensi tanpa berharap sesuatu berlebih datang. Cukup merasa sedih, cukup merasa bahagia dengan apa-apa yang kita miliki pada hari ini, bersama orang-orang yang masih mau menyempatkan waktunya barang sekali dua kali untuk menjalin silahturahmi.

Ternyata rasa cukup itu yang membuat diri ini jadi bersyukur menjadi dewasa. Ternyata dengan menggantungkan segala hal pada Allah inilah yang membuat rasanya hidup jadi lebih tenang. Mungkin banyak hal yang perlu dilepaskan, mungkin banyak hal indah yang tak bisa lagi aku rasakan. Tapi Allah gantikan semuanya dengan rasa tenang.

Rasa tenang karena sudah melepas yang Dia tak sukai. Rasa tenang karena pelan-pelan belajar untuk menjalankan ibadah bukan hanya sebagai rutinitas namun mencari tau setiap maknanya. Rasa tenang karena tak perlu meyakinkan diri akan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan dan membuat pembenaran untuk bisa merasakan tenang.

Sejatinya rasa tenang itu yang menemani hari-hariku akhir-akhir ini, yang entah sejak kapan aku pelan-pelan pupuk. Sederhana, harapannya agar tidak menjadi dia yang selalu emosi ketika diajak bicara, dia yang tidak bisa berfikir jernih ketika dimintai masukan, dia yang seringkali membandingkan diri dengan sekitar, dia yang tak menghargai ketika seseorang mengadu nasib atau dia yang selalu tak bersyukur atas apa-apa yang Allah titipkan padanya.

Bukankah dengan bersyukur dan menjalankan apa yang sebenar-benar Allah perintahkan dapat membuat diri tenang?

Apakah kamu merasakan hal yang sama? Atau, bagaimana seperempat abadmu? apa yang kamu rasakan dengan berbagai macam ujian yang Allah titipkan pada perjalanannya?

Usia setelah 25 ini benar-benar akan menemuiku, InsyaAllah jika berjodoh.

Tulisan ini juga ditulis sejak lama, entah kapan, mungkin saat diri ini sedang mencoba merenungi apa-apa yang pernah terlewati. Semoga bisa menjadi pemantik istiqomah yang saat ini sedang di ikhtiarkan, semoga jadi pengingat ketika suatu hari kembali merasa hancur. Sejatinya, dunia adalah tempatnya kita diuji, dan pada apapun yang akan terjadi di depan, pintaku hanya satu, semoga Allah selalu mampukan aku dalam menerima dan menghadapinya.



Best warm, to whoever read this and feel the same way.

The owner of this small circle,

Debi Zahirah (yang 2 bulan lagi sudah tidak 25)

Comments

Popular Posts